Saturday, 15 December 2012
Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka
tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak
boleh dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia
bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan
tandus yang dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang
tak dapat berbuat apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang
dikelilingi oleh berhala-berhala yang sekarang telah berubah wujud tapi
memiliki wujud berhala yang sama. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia
zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk
dan haram, perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan
segala kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam
situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi
kabilah-kabilah (bani/kaum).
I.
Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah
sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat
malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang
sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya
karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah
cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama
Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabiul Awwal
(12 Rabiul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam
walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi
hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia
memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui
anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara
dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan
memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa
kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa,
dimulai dengan peristiwa padamnya api abadi di kerajaan Persia, hancurnya
sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan
Ka'bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir
zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-burung yang
dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka'bah), karenanya tahun ini dinamakan
tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar biasa harus juga
didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama
Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia
yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS).
Abdullah lahir kedunia hanya
untuk membawa nur Muhammad dan meletakkannya ke dalam rahim Aminah, Sang isteri
saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah
lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam,
walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi
ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya
telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah
seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah,
mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata-kata ini kepada wanita ini, ia
tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami
telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal
ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan
beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan
berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik-baik. Ia
berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah
Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata :
Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat
raya, maka jagalah ia baik-baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20
tahun (riwayat lain 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam
kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya
dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh
oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun
harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun.
Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu
Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada
kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh
Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini
beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi gembala domba yang
lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana
hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang
berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat
sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah
yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, Semua Nabi pernah menjadi gembala
sebelum beroleh jabatan kerasulan. Orang bertanya kepada Nabi, Apakah Anda juga
pernah menjadi gembala? Beliau menjawab, Ya. Selama beberapa waktu saya
menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan
orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan
telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang
dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya
sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang
mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat
bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan
kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di
masyarakat sebagai œorang jujur (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah
dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali lipat
dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk
barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh
anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak
ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang
melewati negeri Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang
itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata
kepada sang Bintang, Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami
dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang
kita dapatkan. Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar
atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan,
dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan
tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah
menceritakan Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang
pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya
menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, Orang yang duduk di bawah
naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar
gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang
didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia.
Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa
Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang
menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti Aliyah sebagai
berikut:
Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa
sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah
tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa! Apakah anda akan menyambut dengan
senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan,
dan kehormatan ? Nabi menjawab, Apa maksud Anda? Ia lalu menyebut Khodijah.
Nabi lalu berkata, Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan
dunianya jauh berbeda? Nafsiah berujar Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan
akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya
(Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara
perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini
kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan,
sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur
kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata demikian, Keponakan saya
Muhammad bin "Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy.
Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul
dan silsilah adalah permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan
mengatakan sambutannya, tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda.
Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda. Upacara pun dilaksanakan.
Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia
mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini
Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang
dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing
Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal
sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35
tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka'bah. Akibatnya, tak satu pun
rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka'bah mengalami kerusakan.
Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka'bah tapi takut membongkarnya. Walid
bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar
tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya
sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala,
mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa.
Mereka
semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan
kembali ka'bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam
pembangunan kembali Ka'bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh
secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan
pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini. Terlihat bahwa ini adalah
ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara
tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi
di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui tentang
halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan
benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah
salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika
dinding ka'bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya
untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul
perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak
ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya
sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah
mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy,
Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya
berkata,Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.
(buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba
Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, Itu Muhammad, al-Amin.
Kita setuju ia menjadi wasit!
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi
meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas
kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat
sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat
ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri.
Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir
pecah menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep
tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada
diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah.
Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak
terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah
(penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama
hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia
ilahi. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia mulia,
sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi
Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara
mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam
segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan
isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur, beliau
mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya
yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada
Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang
lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut sahabat
karib-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan
ia ingin berkata, disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian
sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama
kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah
(manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup telinga kalian
rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya
menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan
Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan
manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Quran, susunan
kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang
manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan
mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya,
dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka.
Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk
menyampaikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di
Gunung Hira. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk
memikul tugas yang maha berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa
kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-quran
sebagai berikut
Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu
yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang
program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya
diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah
merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud
Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafaat. Tidak
satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil
ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya
tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada
yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu
itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah. Jiwa agung
Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari
malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya,Wahai Muhammad! Engkau
Rosul Allah dan aku Jibril. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap,
secara berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita,
Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk
Islam adalah Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya,
selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai
pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau
berkata, Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya.
Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh
Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh
penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu,
seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala
menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang lurus)
dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). “Lalu beliau
menambahkan, Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya
ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat
dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda
kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya
sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah
(pengganti) saya?
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total
melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan
kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap, Wahai Nabi Allah, saya
siap mendukung Anda. Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali
ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan
jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,
Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian.
Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Pemakluman khilafah (imamah) Ali di hari-hari
awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu
sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga
ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya
menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme
spiritual dan kebenaran Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua
dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan
dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan
permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat
diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir,
pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima
kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya,
Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal
kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan
tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya.
Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu
saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang
mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata, Wahai Abu
Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan
diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia
melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta
berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya
sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan
membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya
berkata, Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik
berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda. Nabi menjawab, Saya tidak
menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka
harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah
bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka. Abu Jahal
bangkit sambil berkata, Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya. Nabi
menjawab, Kalian harus mengakui keesaan Tuhan. Kata-kata tak terduga dari Nabi
ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran,
kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata, Haruskah kita
mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib
dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk
mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan, dan
mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata, Ini adalah seorang ahli sihir yang
banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah
pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah
[menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini;
ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.
Banyak sekali contoh penganiayaan dan
penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya,
suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia
menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid.
Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan
masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim.
Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan
pengikutnya budak wanita dan pria serta beberapa orang tak terlindung. Para
pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin
terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk
Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi
menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak
ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda
boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk
menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad,
diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan
mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan
mereka, dalam Al-Quran Allah berfirman
Demikianlah,
tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka
selain mengatakan, Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah
mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka
adalah kaum yang melampaui batas.
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai
macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk
mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang
membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi
dan para pengikutnya masuk ke Syiib Abu Tholib, yang diikuti pendamping
hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy
mengepung mereka di Syiib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun
blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan
sahabatnya dari pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan
Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan
menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa
bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya
untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas
dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat
kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang
sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan
yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi
pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn
(Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum
kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya.
Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan
itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber
cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya, Ayah,
kemana Ibu? Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan
kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang
ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin
berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa
hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam.
Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di
bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang
muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan
segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya
membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing
suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas
kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat
dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril
datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Quran merujuk
pada kejadian itu dengan kata-kata,
Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu
atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang
mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang
tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan
nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang
pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi,
Ali, sekali lagi Ali. Kepadanya Nabi berkata,Tidurlah di ranjang saya malam ini
dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena
musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. âAli
menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat
puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat
keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di
kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar
tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil.
Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara
gaduh. Serentak Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan
selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag, Apa yang terjadi ? Mereka
menjawab,Kami mencari Muhammad. Di mana dia? Ali berkata, Apakah anda
menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada
Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah. Muhammad telah pergi jauh di
luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabiul Awwal,
dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor
sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan.
Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau
menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya Ali dan
rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti Asad
dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib karena itu, mereka memburunya dan
berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan Ali
berkata Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah,
majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa
masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang. Ketika
Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah
Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, Ali telah tiba tapi tak
mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika
melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib yang kemudian berganti
menjadi nama Madinah-menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai
macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah
negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah
bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan
hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi
kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang
dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap
perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada
pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang
Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy,
dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya dalam kata-kata
Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu
(Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin
Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi
dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak pernah Absen, Ali adalah pembawa panji dalam
setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan Ali pada perang Khandaq
(parit) disebut juga dengan Ahzab kepada Amar bin Abdiwad itu, Nilai
pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai
akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan
kaum kafir menjadi aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum
muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar,
orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar
dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan Umar memuji
keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para
komandan Islam kecewa atas pernyataan Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan
gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi, Dimanakah Ali? Dikabarkan kepada beliau
bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi
bersabda, Panggil dia. Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah
Nabi. Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu
berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata Ali seraya mendoakannya. Mata Ali
langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi
memerintahkan Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari
batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan pintu
benteng Khaibar itu dari Ali melalui jalur khusus, Saya mencabut pintu Khaibar
dan menggunakannya sebagai perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya
sebagai jembatan pada parit yang digali kaum Yahudi.
Seseorang bertanya
kepadanya, Apakah Anda merasakan beratnya? Ali menjawab, Saya merasakannya sama
berat dengan perisai saya. Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain
peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga peristiwa
yang menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri
Nabi, perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka'bah di Makah. Selain serangan
dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba
melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun
Sang Maha Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba
memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia
terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian
Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan
perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah
disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap
bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak
laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada
pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api
unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh
tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah
yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari
kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota
dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya.
Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Firaun-firaun, digantikan
hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang
menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu
berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap
dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf,
menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah.
Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap
tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu
mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah
memeranginya pengampunan dan beliau berkata Pergilah, Anda semua adalah
orang-orang yang dibebaskan!
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat
sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan
berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang.
Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah
merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang orang
Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Baiat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa
peperangan besar berlanjut semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi
tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir
musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari
Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang
lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu
kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai
Ayyuhan Nas, mau kemana kalian? Wahai orang-orang yang ikut baiat al-Ridwan!
Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai
orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah
berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka
adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di tengah 12.000 orang
prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur
ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, Labbaik, Labbaik... Kami datang,
kami datang...!
Pasukan Islam kembali memenangkan
pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya
telah selesai, dan kini tidak bisa tidak di harus melihat pasukannya, untuk
kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah
diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan
menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi
dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk
pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus inilah
haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah
tanggal 25 Dzulqaidah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di
Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak
seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan, Labbaik, Allahumma
labaik Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma,
ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu Labbaik,
aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan
kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu Labbaik, aku datang
memenuhi panggilan-Mu Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan
pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000
orang, laki-laki dan perempuan dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di
padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang bergerak menuju satu
arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi
kehidupan manusia.
Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam
pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang
membacakan hikayat-hikayat Firaun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat
Muhammad dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali.
Pasukan apa ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun
demikian pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang
mendengar bahwa penguasa itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika
dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4
Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka'bah dan Muhammad. Dia
juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah
diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari itu.
Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua
orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan
yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata, Tahukah
kalian, bulan apa ini ?
Mereka serentak menjawab, Bulan Haram!.....
Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu,
mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat
ini, untuk selama-lamanya Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu
adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya
hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan
ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka,
barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada
orang yang berhak menerimanya.
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari
Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya
muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama,
menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya
sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya, dan sekarang beliau
berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada putrinya dengan
suara pelan Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh
kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka tidak
akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur...
Friday, 14 December 2012
TIPOLOGI KERUKUNAN HIDUP ANTAR ETNIS
TIPOLOGI
KERUKUNAN HIDUP ANTAR ETNIS
(Studi di Kabupaten Lampung Selatan)
(Skripsi)
Oleh
DENI AFERO
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tidak
diragukan lagi bahwa periode damai dan toleransi di
antara umat Muslim, Kristen dan Yahudi pernah ada selama lima abad pertama kemunculan Islam. Terlepas dari
penolakan Yahudi
dan Kristen
terhadap kenabian Muhammad SAW di Mekkah dari tahun 612 M, dan ketegangan ataupun permusuhan
yang terjadi di antara
pengikut Muhammad dengan kedua agama selain Islam pada masa itu, Rasulullah tetap teguh dalam
menyebarluaskan prinsip-prinsip toleransi
(Amin Saikal 2006: 78). Inilah yang harus dicermati ketika kita mencoba
mengimani suatu agama dengan penuh kesadaran, akan tetapi tidak dibutakan
dengan kefanatikan palsu yang menyimpang dari kodrad agama itu sendiri.
Agama-agama
yang hadir dan menjadi jawaban disetiap persoalan umat pada saat itu yang
kemudian diimani oleh umatnya, merupakan sebuah keadaan psikologis manusia yang
ingin hidup tenang dan bersahaja. Dalam kenyataannya manusia menghadapi adanya berbagai agama dengan umatnya masing-masing. Bahkan tidak hanya itu
pada dimensi yang lain dapat dijumpai orang yang tidak beragama atau tidak
bertuhan.
Semua agama
pada akhirnya menuju pada usaha untuk
menciptakan kebaikan manusia, baik di dunia
maupun akhirat. Jika hal itu dianggap sebagai misi (mission) agama, maka agama manapun juga seperti Islam, Kristen, Katolik,
Hindu dan
Budha tidak akan menimbulkan persoalan bila agama adalah iman secara pribadi, maka tidak akan terjadi konflik.
Tetapi sayangnya agama tidak sesederhana itu. Karena menjalankan misi iman ini,
diperlukan suatu aparat, suatu kendaraan, suatu organisasi. Dengan demikian
organisasi agama menjadi sebuah kebutuhan.
Secara umum,
kehidupan dan pergaulan umat beragama tampil rukun akan tetapi hal ini bukan
berarti tidak pernah terjadi ketegangan, dan dewasa ini beberapa daerah di Indonesia sangat
sering terjadi konflik baik itu antar suku
atau agama, yang disebebkan perbedaan-perbedaan kecil, dan perbedaan kecil tersebut menjadi
masalah dan akhirnya sulit untuk dikendalikan.
Sangat wajar ketika ketegangan dan persinggungan terjadi dalam
suatu masyarakat yang beragam, sebab bagaimanapun juga dalam masyarakat majemuk
mesti terdapat persaingan dan justru dalam persaingan tersebut terdapat
dinamika yang membentuk kedewasaan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang muncul.
Kemajemukan pada
masyarakat multi etnis merupakan kunci dalam kemajuan daerah tersebut, itu
dikarenakan perbedaan etnis justru memangun nilai gotong royong dalam
masyarakat guna terbinanya nilai kekeluargaan dalam masyarakat yang penuh
perbedaan. Dalam beberapa hal memang agama dan etnis sangat berbeda yang satu
dengan yang lain, namun perbedaan tersebut bukanlah jurang yang membentuk skat
pembatas nilai kerukunan.
Dalam beberapa etnis
atau budaya, ada yang mencampur-baurkan nilai agama dengan nilai budaya,
sebagai contoh sederhana, masyarakat etnis Jawa Abangan yang masih kental akan
nilai agama yang menyatu dengan kepercayaan dalam budaya mereka. Selain itu
juga, etnis Bali yang masih menyatukan nilai agama dengan budaya dan hampir
tidak ada batasan diantara keduanya.
Beberapa agama jelas
menerangkan perbedaan akan keyakinan dengan ketauhidan, keyakinan merupakan
kepercayaan yang berkembang dalam budaya di masyarakat, bahkan jauh sebelum
pendahulu mereka mengenal agama. Sedangkan ketauhidan merupakan ajaran yang
diusung dalam agama dan di wujudkan dalam bentuk pengabdian atau penyembahan
kepada sang Kuasa pencipta alam dan menguasai seluruh isinya, tanpa
mempersekutukannya dengan makhluk lain.
Perbedaan etnis
merupakan kekayaan masyarakat indonesia, karenanyalah kita bisa mengenal
perbedaan dan membuka pikiran kita dalam perspektif yang lebih luas tanpa harus
kita pergi dari lingkungan tempat tinggal kita. Selain itu juga masyarakat yang
multi etnis akan membuat etnis mereka
secara internal lebih baik dan berkembang tanpa terkungkung oleh zaman yang
terus berkembang.
Jadi jelaslah
yang bersaing bukan misi agama atau etnis itu sendiri, melainkan organisasinya. Organisasi itu
bersifat badan atau fisik, sedangkan misi itu bersifat rohaniah. Banyak
pertentangan antara agama didasarkan pada aspek organisasi itu,
yakni usaha mencari pengikut yang pada akhirnya selalu
berhubungan dengan usaha mencari dana. Maka, terjadilah konflik agama
dan antar etnis yang berbeda.
Menurut Burhanudin dkk (1998), dalam hubungan antar dan intra umat beragama,
pertentangan terjadi bila sumber daya manusia atau pengikut agama tertentu
merasa akan diambil oleh kelompok yang lain.
Menurut Jaumin Ma’Arif (2004), kasus konflik antar aliran ini
umumnya dililit oleh bias kepentingan. Lebih jauh ia mengatakan, masalah yang
dipersoalkan melebar dan lebih condong kepada kepentingan politik. Ia
menegaskan bahwa konflik antar agama di Indonesia umumnya hanya bermula dari
masalah yang sangat sederhana, yaitu fanatisme yang seharusnya hanya berlaku
internal itu memasuki wilayah relasi sosial.
Setiap agama
memiliki konsep kerukunan dan setiap agama juga mengajarkan pada umatnya untuk
saling menjaga satu sama lainnya. Dalam Al-kitab disebutkan “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya jika
saudara-saudara diam bersama dengan rukun” (Mazmur 133:
1). Dalam pasal lainpun disebutkan, ialah “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 123:
31).
Dari
pernyataan Al-kitab
tampak jelas bahwa agama Kristen
mengajarkan hidup rukun, saling menjaga dan saling mengasihi antar umat manusia. Islam
juga mengajarkan pada umatnya untuk saling mengenal.
Seperti dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat (ayat 13)
yang artinya: “Hai manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”.
Dalam hubungan ketetanggan, perbedaan agama tidak menjadi
kendala untuk tetap hidup rukun berdampingan.
Mereka berbeda
agama tetapi dalam ketetanggaan tetap bersatu, tolong menolong, dan bantu-membantu terutama antar tetangga dekat.
Apabila tetangga berbeda agama mempunyai hajat membantu
pelaksanaannya, tetangga sakit menjenguknya, tetangga dapat musibah umpamanya
ada anggota keluarganya meninggal, tetangga dekat datang dan membantu
menyiapkan tempat dan membantu dalam proses penguburannya. Dengan kata lain perbedaan agama dalam ketetanggaan tidak
menimbulkan suasana yang tidak rukun, melainkan sebaliknya sekalipun berbeda
agama hubungan ketetanggaan mereka tetap rukun.
Dalam
terminologi yang digunakan oleh pemerintah secara resmi, konsep kerukunan hidup
beragama mencakup tiga kerukunan, yaitu, (1) kerukunan intern umat beragama, merupakan kondisi rukun
dalam satu agama, (2) kerukunan antar umat beragama,
merupakan kondisi rukun umat yang berbeda
agama, (3) kerukunan
antara pemuka umat beragama dengan pemerintah,
kondisi rukun dalam hubungan antar kelembagaan, lembaga
majelis-majelis agama dengan pemerintah.
Tiga kerukunan tersebut biasa disebut dengan istilah Tri
Kerukunan (Anne Ahira, 2010). Dalam skripsi ini kerukunan hidup beragama hanya
dibatasi pada kerukunan hidup beragama yang kedua, yaitu kerukunan hidup antar
umat beragama.
Kerukunan
antar umat beragama tidak akan mungkin terlahir dari sikap fanatisme dan sikap
tak peduli atas hak dan perasaan orang lain. Sebab, hal ini akan menimbulkan kekacauan dan akan merusak
nilai agama itu sendiri. Kerukunan umat beragama hanya akan bisa dicapai apabila masing-masing golongan
agama bersikap lapang dada satu sama lain. Maka bukan semangat untuk menang
sendiri yang perlu dikembangkan, melainkan sikap menerima dalam perbedaan.
Menurut Amirulloh Syarbini dkk (2011: 60),
manusia adalah makhluk yang paling mulia di dunia.
Dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya manusia memiliki kelebihan
dengan akal dan pikirannya. Manusia dapat membedakan yang hak dengan yang batil, mana
yang bermanfaat dan mana yang tidak, mana yang menguntungkan dan mana yang
merugikan. Namun demikian, kelebihan yang dimiliki manusia terkadang menjadikan
manusia cenderung ekploitatif terhadap yang lainnya. Bahkan dengan sistematik
melakukan perusakan alam yang semestinya dijaga dan dimanfaatkan.
Menurut Ioanes Rakhmat (2011)
sebagai pemerhati perkembangan sains
yang aktif dalam kegiatan pengkajian hubungan antar umat beragama, dari antara
umat-umat beragama yang berbeda-beda yang ada di Indonesia, Muslim dan Kristen
adalah dua kalangan yang paling kental dan paling terang-terangan mendesakkan
keyakinan-keyakinan keagamaan mereka kepada masyarakat. Sudah banyak pemerintah
berbagai provinsi/kabupaten di Indonesia memberlakukan syariah Islam sebagai
landasan pemerintahan. Akibatnya, hukum positif yang berlaku secara nasional
dan mengikat bangsa dan negara diabaikan atau disingkirkan, sementara
pemerintah pusat di Jakarta mendiamkan saja.
Perkembangan sejarah dan kebudayaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
sentuhan dan pengaruh agama-agama yang ada dan berkembang di Indonesia. Dengan
datangnya agama Hindu disusul Budha juga Islam yang kemudian Kristen baik itu Protestan maupun Katolik, dan juga bersamaan datangnya bangsa China yang kebanyakan beragama Konghucu, maka agama tersebut ikut memperkaya dunia keagamaan di
Indonesia. Kenyataan hidup dan berkembangnya berbagai agama tersebut menambah
corak kemajemukan bangsa Indonesia, dan kemajemukan tersebut menjadi sebuah
fenomena yang tidak mungkin dihindari.
Oleh karenanya, hidup di dalam kemajemukan merupakan proses dari kemajemukan, baik aktif maupun pasif menjadi
kepercayaan yang menyusup ke dalam setiap sendi-sendi kehidupan manusia, tak terkecuali juga dalam hal
kepercayaan (agama). Menurut Amirulloh
Syarbini dkk (2011: 54),
ketika agama telah memasuki ranah ideologi, maka ketika
itu agama telah menjadi bagian dari kebenaran yang harus dipertahankan dan
diperjuangkan dengan berbagai cara, termasuk cara yang hakikatnya “melawan” teks
agama itu sendiri.
Menurut Haidlor Ali Ahmad (2010: 185), bangsa Indonesia hidup dalam masyarakat majemuk,
masyarakat serba ganda, ganda kepercayaannya, kebudayaannya, dan agamanya.
Kemajemukan itu dapat menimbulkan disintegrasi sosial yang dapat mengganggu
persatuan dan kesatuan. Sementara hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mewujudkan stabilitas yang sehat
dan dinamis guna terlaksananya pembangunan nasional. Pasca amandemen UUD 1945, jaminan kebebasan beragama atau berkepercayaan
semakin kuat dengan dirumuskannya pasal 28E.
Terdapat banyak keanekaragaman agama dan budaya daerah di
Indonesia, dimana masyarakat memeluk lebih dari satu agama, dapat disaksikan
bukan hanya kehidupan yang penuh toleransi dalam wujud sikap saling menghormati
dan sikap saling tenggang rasa, melainkan juga tolong menolong dalam kegiatan
yang bertalian dengan agama seperti pembangunan tempat-tempat ibadah. Apalagi dalam bidang-bidang kehidupan bahkan tidak
jarang ditemui satu keluarga dari anggota-anggota mungkin istri atau suami mungkin satu atau beberapa anak yang berbeda
agama. Sedangkan dalam pergaulan sehari-hari orang tidak begitu mempersoalkan
keagamaan seseorang.
Salah satu perkembangan yang penting dewasa ini adalah bahwa masing-masing
umat beragama mempunyai semacam puncak organisasi, setidak-tidaknya berdiri di
atas kelompok umatnya. Umat Islam mempunyai “Majelis Ulama Indonesia”, Kristen mempunyai “Dewan Gereja-Gereja Indonesia”, umat Katolik mempunyai “Majelis Agung Wali Gereja Indonesia”, umat Hindu mempunyai
“Parisada Hindu Dharma”, umat Budha mempunyai “Majelis Agung Agama Budha Indonesia”.
Dalam masyarakat Indonesia, dapat ditemukan keanekaragaman lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan lembaga-lembaga yang dibangun negara, yang bertujuan untuk
membangun suatu kehidupan yang rukun antar umat beragama di Indonesia, yang
bertahan langgeng dan untuk jangka panjang ke depan. Dengan dibentuknya Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang menjembatani kerukunan antar umat beragama
dan menjadi lembaga yang membantu pemerintah dalam hal pembangunan yang
bersifat peribadatan (Ikhlas Beramal, 2010).
Kabupaten Lampung Selatan dapat dijadikan cermin kehidupan
bagi daerah-daerah memiliki konflik agama atau etnis yang
berkepanjangan tanpa ada titik temu perdamaian, seperti banyak terjadi di daerah-daerah yang ada di Indonesia, dan untuk
mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan dengan membentuk forum-forum dialog
yang sifatnya terbuka untuk warga masyarakat. Seperti pertemuan yang dihadiri
oleh kepala-kepala dusun dan sesepuh untuk membicarakan masalah-masalah yang
terjadi di lingkungan
sekitar melalui forum kerukunan umat beragama.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki 17 (tujuh belas) kecamatan dan
sedikitnya 251 (dua ratus limapuluh satu) desa di dalamnya juga 31 (tiga puluh
satu) pulau mengelilinginya, diseluruh kecamatan mempunyai keanekaragaman agama
dan etnis yang berkembang pasca kolonisasi pertama pada tahun 1905 ketika
pemerintahan kolonial belanda baik itu secara kelompok, spontan ataupun sisipan
dan transmigrasi pertama pada tahun 1948 setelah negara merdeka dari penjajahan
jepang (BPS Lam-sel 2011).
Way Panji adalah salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Lampung Selatan, dan merupakan salah satu
kecamatan yang di dalamnya
terdapat berbagai corak kehidupan, baik itu agama atau etnis
dan budaya. Ada beberapa desa yang di
dalamnya terdapat berbagai agama seperti Agama Islam,
Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu.
Kecamatan
Kalianda merupakan daerah yang ketika kekuasaan dikendalikan oleh kolonial
Belanda adalah wilayah yang dipergunakan untuk kolonisasi pertama dengan metode
sisipan, yaitu pendatang di campur oleh masyarakat pribumi di daerah tersebut.
Metode ini sangat efektif, dimana masyarakat pendatang dengan cepat membaur
denga masyarakat pribumi tanpa terpatok oleh budaya yang sudah melekat sebagai
identitas mereka.
1.2
Rumusan Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang masalah, yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.2.1
Bagaimana realitas kerukunan hidup
antara
etnis Bali dengan etnis non-Bali di Kabupaten Lampung Selatan?
1.2.2
Faktor-faktor apa
saja yang memicu kerusuhan antar etnis terus berulang di Kabupaten Lampung Selatan?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Ingin mengetahui realitas kerukunan hidup antara
etnis Bali dengan etnis non-Bali di Kabupaten Lampung Selatan.
1.3.2
Ingin mengetahui
faktor-faktor yang memicu kerusuhan antar etnis terus berulang di Kabupaten Lampung Selatan.
1.4
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat:
1.4.1
Secara teoritis
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi empiris dan
pengetahuan seputar kerukunan hidup
dalam masyarakat yang majemuk, yang pada dewasa ini menjadi perhatian serius. Secara
akademis penelitian ini nantinya bisa dijadikan referensi bagi proses penelitian selanjutnya.
1.4.2
Secara praktis
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan/referensi tambahan, bagi masyarakat mampu secara tepat memposisikan realitas
keanekaragaman suku, agama, dan budaya di kecamatan Way Panji dan dapat diketahui dampak positif
jika masyarakat majemuk lebih menjunjung tinggi perbedaan.
Subscribe to:
Posts (Atom)