BAB I
LOGIKA MISTIKA
Demikianlah
Firmannya Maha Dewa Rah :
Ptah : maka
timbullah bumi dan langit.
Ptah : maka
timbullah bintang dan udara.
Ptah : maka timbullah
sungai Nil dan daratan.
Ptah : maka
timbullah tanah-subur dan gurun.
Jika saya silap
mencatat (di luar kepala) Firmannya Maha Dewa Rah itu, maka silapnya itu tak
akan beberapa. Tetapi saya pikir maknanya sudah tersimpul pada catatan di atas
ini. Firman Maha Dewa Rah sudah tentu banyak juga kawannya di dunia sekarang.
Firman Maha Dewa Rah sudah cukup, memberi gambarannya LOGIKA MISTIKA atau
logika yang berdasarkan rohani.
Negara-kuno, yang
kita kenal paling tua dan paling unggul, ialah Negara Egypte, yang sekarang
juga dinamai Mesir. 6000-8000 tahun dahulu penduduk Mesir sudah tersusun di
bawah perintahnya Pharao, yang juga menguasai hidup dan mati rakyatnya. Maha
Dewa Rah yakni Dewa Matahari, ialah Dewa yang terkuasa di antara beberapa dewa.
Para pemirkir
Egypte, yang di antaranya banyak sekali menurunkan ilmu dalam hal obat-obatan,
hitung-menghitung dll, kepada beberapa negara lain di luar Egypte, seperti
Punisa, Yunani dll, tentu juga memikirkan asalnya bumi dan bintang, memikirkan
asalnya dunia yang terkembang.
Rah adalah Dewa
Matahari, ialah Rohani, yang lebih dahulu adanya dari pada dunia, bumi, dan
bintang dan langit. Maha Dewa Rah tentulah sempurna, yakni Maha Terkuasa, asal
dari pada semua benda yang ada di dunia ini. Dengan Firman yang berbunyi Ptah
saja Bumi, Langit, Bintang, beribu juta, sungai nil dan gurun Pasir bisa
timbul. Timbulnya itu adalah pada satu saat saja, sesudah perkataan Ptah tadi
difirmankan. Jadi rohanilah yang pertama, zatlah yang kedua. Zat ini berasal
dari Rohani. Bukan sebaliknya, yakni rohani yang berasal dari zat.
Rah tak perlu menunggu-nunggu, seperti pak tani menunggu-nunggu padinya sesudah benihnya ditanam. Kalau dia mesti menunggu, maka ini berarti, bahwa dia pasti takluk pada Sang Waktu. Jika begitu maka Maha Dewa Rah bukanlah terkuasa. Ringkasnya, Maha Dewa Rah itu terkuasa, tidak takluk kepada Zat dan waktu. Jika begitu, maka Maha Dewa Rah bukanlah terkuasa. Ringkasnya, Maha Dewa rah itu terkuasa, tidak takluk kepada Zat dan waktu.
Firman RAH itulah yang menggambarkan jawab yang paling jitu dan konsekwen, jujur-dasar, atas pertanyaan yang maha penting dalam Filsafat: manakah yang pertama, dan mana yang kedua, mana yang asal dan mana yang akibat, di antara Zat dan Rohani?
Tetapi ilmu Pasti,
seperti ilmu bintang, ilmu alam, ilmu pisah (kimia), ilmu matematika dll, yang
semuanya sekarang diajarkan di sekolah di lima benua yang kita kenal ini, ialah
berdasarkan Filsafat yang sebaliknya. Disini Rohani berupa Kodrat, Kracht,
Force, tiadalah dianggap barang yang terpisah, barang yang berdiri sendirinya,
barang yang bisa melahirkan Zat, dalam waktu yang lebih cepat dari sekejap
mata. Disini Force, Kodrat itu, terkandung oleh Matter, oleh benda. Dimana ada
benda disana baru ada Kodrat.
Benda yang oleh
bangsa Yunani dahulu kala dinamai electron mengandung kodrat yang dinamai
listrik. Besi-berani yang kita semuanya kenal, menarik besi biasa dsb. Benda
mesti dahulu kita saksikan, barulah dibelakangnya bisa kita saksikan kodratnya.
Kodrat listrik, tiadalah bisa kita lihat rupanya, tetapi kita saksikan
kekuatannya. Kekuatannya ini bisa kita ukur dengan tepat. Kodrat listrik itu
bisa menggerakkan mesin, bisa memberi panas dan cahaya. Tetapi kodrat listrik
itu tak bisa membikin zat baru, seperti orang, hewan, malah sebutir beraspun
listrik itu tak bisa bikin. Jadi buat ilmu Pasti Kodrat itu tak bisa terpisah
dari benda. Lagi pula mesti ada benda dahulu, baru dibelakangannya timbul
kodrat. Electron atau dynamo dahulu, baru dibelakangnya ada kodrat listriknya.
Tidak ada bendanya, tak ada pula kodratnya. Energy, kodrat semata-mata tak bisa
menimbulkan benda.
Cepatnya Maha Dawa
RAH menimbulkan bumi dan langit; betul cepat sekali menggambarkan Maha-Kuasanya
Dewa RAH! Tetapi hal ini bertentangan benar dengan Law Evolution inilah yang
dipakai oleh Charles Darwin buat membentangkan timbul, tumbuh dan tumbangnya
hewan serta tumbuhan. Kalau Law of Evolution Undang Pertumbuhan itu tumbang,
maka tumbanglah pula ilmu biology, ilmu hidup tentang hewan dan tumbuhan.
Tumbanglah pula gedung ilmu, yang sudah menimbulkan puluhan raksasa berpikir
dari ilmu, yang sudah nyata sekali manfaatnya buat seluruhnya umat manusia.
Gedung ilmu biology adalah amat permai sekali dan senantiasa ditambah permainya
oleh para ahli pertumbuhan di dunia ini. Emanuel Kant, ahli Filsafat Jerman
yang kesohor itu memakai undang pertumbuhan buat membentangkan timbul tumbuh
dan tumbangnya bumi, matahari serta juta-juta bintang di langit. Sistem yang
dibangunkan oleh Darwin dan Kant, boleh diperiksa dan dikritik, karena
memangnya pula sifatnya ilmu pasti, ialah tahan uji. Kalau sistem itu tak bisa
diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.
Tetapi walupun sesuatu sistem dari sesuatu ilmu itu bisa mati, Undang
Pertumbuhan, The Law of Evolution akan tetap tinggal.
Syahdan menurut
Darwin, maka tumbuhan-tumbuhan, hewan dan manusia itu adalah hasil dari
pertumbuhan yang lama, beratus, beribu, malah berjuta-juta tahun, dari dua-tiga
biji-asli (cells) sampai ke manusia. Menurut Kant dan para ahli bintang lainnya
di zaman sekarang, maka ribuan juta-jutaan bintang dan bumi di langit itu,
adalah pertumbuhan yang lama, juta-jutaan tahun pula dari permulaan molten
Mass, benda lebur sampai ke bentuk dunia yang sekarang.
Semua perubahan
dalam juta-jutaan tahun itu, dari leburan benda sampai bumi dan bintang di
langit, dan beberapa biji-asal tadi sampai ke manusia ada mempunyai keadaan dan
sebab. Oleh karena berlainan keadaan hidup, umpamanya berlainan iklim, maka
biji asal tadi menjelma menjadi ikan. Lama kelamaan ikan menjelma menjadi
amphibi (hewan yang hidup di air dan daratan, seperti kodok dll). Amphibi lama
kelamaan menjadi reptil (bintang menjalar seperti ular). Reptil lambat laun
menjelma menjadi binatang yang menyusukan anaknya, seperti lembu dan monyet.
Monyet inilah yang menderita penjelmaan dalam jutaan tahun sampai timbul hewan
berupa manusia. Semua penjelmaan itu berlaku menurut undang yang nyata dan
sebab serta akibat yang nyata dan tetap, dalam waktu jutaan tahun. Maha Dewa
Rah menjelmakan Bumi dan Bintang, sungai nil dan daratan dsb dalam sekejab mata
saja, ialah selama membunyikan Firman PTAH saja. Tetapi menurut Undang
Pertumbuhan maka penjelmaan tadi terjadi dalam dalam juta-jutaan tahun. Dalam
penjelmaan itu bukan kodrat yang dahulu, melainkan benda, matter. Disinilah
LOGIKA MISTIKA mendapat tantangan hebat dari ILMU PASTI dalam hal
pelaksanaan UNDANG PERTUMBUHAN (The Law of Evolution). Dalam hal
pelaksaan lainpun, dalam undang lain dari ilmu pasti, logika MISTIKA tadi
mendapat tantangan pula.
Tiangnya ilmu kodrat
(Mechanika), ialah satu cabang dari ilmu pasti, ialah "The Law of
Conservation of Force’’, yakni Undang Tentang Ketetapan Jumlah Kodrat di dunia
ini. Kawannya ialah Undang ketetapan Jumlah Benda di dunia ini. Syahdan menurut
Undang Ketetapan Kodrat itu, maka kodrat yang hilang pada satu bentuk bisa
didapat pada bentuk yang lain. Jadi jumlahnya kodrat tadi tinggal tetap saja.
Undang ini dilaksanakan oleh Joule, seorang Ahli Ilmu Kodrat Inggris
(1818-1889), seperti berikut :
Dengan empat cara,
Joule membuktikan persamaan panas dan Kodrat (mechanica) energy. Dia dapatkan,
bahwa buat menaikkan panasnya 1 pond air dengan 1 derajat, perlu dipakai 772
feet-pounds, kaki-pond. Artinya, ialah banyaknya kodrat yang perlu dipakai buat
menaikkan 772 pond satu kaki ke atas.
Jadi Joule mendapat
panas. Tetapi dia kehilangan kodrat. Jumlah kodrat di dunia tinggal tetap
seperti dahulu. Cuma sekarang kodrat yang hilang itu berupa panas, yaitu satu
bentuk dari kodrat juga. Banyak persamaannya dengan seorang hartawan yang
umpamanya mempunyai uang yang nilainya R. 1.000.000., tetapi yang R. 500.000.
dia belikan rumah, kapal dan sebagainya. Sebagian dari hartanya sudah bertukar
rupa, ialah menjelma menjadi rumah, kapal dsb. Tetapi jumlah nilainya tetap R.
1.000.000. juga. Hartanya itu betul bertukar bentuk, uang mas bertukar menjadi
rumah, kapal dan sebagainya, tetapi rumah dan kapal itupun harta juga. Begitu
juga Joule mengadakan undangan tentang perhubungan panas listrik. Undang ini
dipakai pada persoalan lampu.
Seperti jumlahnya
kodrat itu tetap di alam ini, begitu juga jumlah benda (mass). Satu benda yang
berupa Zat-Asli (element) bisa hilang. Tetapi yang timbul umpamanya kayu atau
daging. Garam yang terkandung oleh bangkai hewan atau mayat manusia yang
hilang, bisa dicari pada tumbuhan yang mengisap garam tadi. Yang hilang ialah
garamnya atau airnya kucing atau manusia, yang timbul ialah bambu atau pohon
kelapa. Jumlah zat atau benda di alam tetap, seperti dahulu juga. Kalau
beratnya manusia yang hilang itu 50 kg, maka berat kayu yang berganti itu 50 kg
pula.
Zat-Asli (element)
yang dikenal di dunia sekarang ini adalah 92 buah. (Di zaman dulu cuma 4 buah
saja, ialah tanah, air, udara, dan api. Tak heran kalau besok atau lusa angka
92 sekarang akan ditambah lagi). Bagaimana Zat-Asli yang 92 buah yang sekarang
itu berpadu dan berpisah sudah banyak pula dikenal.
Seorang guru
sekolah, di Inggris, bernama Dalton, mendapatkan satu Undang yang amat penting
buat Ilmu Pisah. Undang itu dinamai "Law of Constant Composition’’, yakni
Undang perpaduan dari Zat-Asli bernama Oxygen (Zuurstof) dan Hydrogen
(Waterstof). Bagaimanapun air itu diperoleh, dalam kamar ilmu pisah
(labolatorium) ataupun di udara, sebagai air hujan, air itu tetap satu
perpaduan Oxygen dan Hydrogen, atas perbandingan yang tetap pula. Dalam kamar
ahli pisah mesti dipakai 88,9 % Oxygen dan 11,1 % Hydrogen. Di udarapun
perbandingan itu tetap begitu. Begitu juga perpaduan semua benda yang
lain-lain, berlaku menurut undangnya Dalton tadi. Demikianlah garam dapur yang
dibikin di kamar Ahli Pisah, ditambang ataupun di air laut takluk kepada
undangnya Dalton.
Kalau keperluan satu
benda atas 92 macam zat-asli tadi sudah diketahui, maka tambah atau susutnya
benda itu sesudah beberapa lama dapatlah pula dihitung. Seorang bayi yang
beratnya baru 3 kg, tetapi sesudah umpamanya 20 tahun menjadi 53 kg, maka
tambahan yang 50 kg dalam 20 tahun itu bukanlah tambahan oleh kodratnya
malaikat ataupun setan. Tambahannya itu ialah zat minyak (vet), putih telur
(eiwet, protein), tepung (zetmeel, carbohydr) air dll, zat yang diterima oleh
bayi tadi dalam waktu 20 tahun tadi.
Kalau satu mayat
yang beratnya 50 kg sesudah beberapa tahun cuma tinggal 20 kg tulang belaka,
maka daging yang hilang, yang terdiri dari beberapa zat-asli yang sudah
diketahui itu, tiadalah melayang ke matahari, bulan ataupun lain tempat,
melainkan tinggal dalam daerah bumi kita, dalam bumi dan udara dikelilingnya.
Barangkali sebagian dikandung oleh tumbuhan disekitarnya tumbuhan tadi, di
dalam tanah atau air yang disana sini atau di udara. Hilangnya zat-asli di alam
ini bisa didapat kembali di tumbuh-tumbuhan atau hewan dalam alam kita juga.
Tambahnya zat-asli itu boleh dihitung dari zat-asli yang bebas dari
kandungannya hewan atau tumbuhan di tempat yang mendapat tambahan tadi. Jumlah
di alam tetap saja seperti dahulu. Tak ada tambahnya dan tak ada pula
kurangnya. Seandainya bumi kita sekarang ini mempunyai jumlah zat X kg, tetapi
besok Cuma X-y kg, maka yang Y kg itu boleh kita cari pada tumbuhan, hewan
ataupun manusia yang menerimanya. Jumlahnya di dunia tetap X kg juga.
92 elemen zat-asli
yang dikenal sekarang, yang ada di bumi dan udara kita pulang pergi, tumbuh
atau mati, menjelma menjadi tumbuhan, hewan dan manusia dan kembali pula ke
tanah atau udara. Jumlahnya tetap, berpadunya atau berpisahnya berlaku menurut
undang yang tetap. Hilang pada satu tempat, terdapat pada tempat yang lain. Tak
ada tambah jumlahnya. Tak pula ada kurangnya. Benda itu tetap jumlahnya. Kodrat
(energy) itu tetap pula jumlahnya, di dunia ini, di bumi dan sekalian bintang
di langit, serta di udara yang terdapat di alam ini.
Tadi LOGIKA
MISTIKA mendapat bantahan dari UNDANG PERTUMBUHAN (The Law of
Evolution). Dalam uraian kita di atas ini, kita lihatlah perbantahan yang lain.
Logika MISTIKA pertama berbantah dengan Undang Tentang Ketetapannya Jumlah
Kodrat Di dunia ini (Joule). Bertentangan pula dengan kawannya ialah Undang
Ketetapan Jumlah Benda. Sama sekali tiada bisa dicocokan dnegan Undang
Perpaduan yang tetap (Dalton). Diperingatkan lagi, bahwa Maha Dewa RAH dalam
kurang dari sekejap mata, dengan kata PTAH saja, menimbulkan berjuta-juta
bintang, bumi dan langit.
Pertama disini kita
lihat kejadian yang berlawanan dnegan common sense, pikiran sehat. Baik dalam
kamarnya ahli pisah ataupun diluarnya tak pernah kita menyaksikan satu kata
bisa menimbulkan benda. Dalam dongeng atau cerita memang kita cukup menjumpai
kegaiban itu. Tetapi dalam 40 tahun belakangan ini saja, di antara
2.000.000.000 manusia itu belum pernah saya dengar satu makhluk yang bisa
dengan kata saja menimbulkan seekor macan, jangankan lagi Bumi atau Bintang.
Rohani, kata kosong, menurut pikiran sehat tak bisa menimbulkan benda. Tak ada
itu tak bisa menimbulkan ada. Dalam dialektika Idealisme kita bisa menjumpakan
kosong mengandung arti ada, atau tak ada mengandung arti ada. Tetapi dalam
logika ataupun Dialektika yang berdasarkan kebendaan, hal itu adalah mustahil,
satu omong kosong. Lapar tak berarti kenyang buat si miskin. Si Lapar yang
kurus kering tak akan bisa kita kenyangkan dengan kata kenyang saja, walaupun
kita ulang 1001 kali.
Kedua, sudah kita
lihat, bahwa menurut Undang tentang Ketetapannya Jumlah Kodrat, satu rupa
kodrat bisa menjelma mengambil rupa yang lain. Cuma jumlahnya di dunia tetap
adanya. Jadi kalau Rohani atau kodrat panas, kodrat uap, kodrat listrik atau
besi berani yang ada di dunia ini, mestinya kodratnya RAH kehilangan jumlah
kodrat yang ada di seluruhnya dunia. Pendek kata, RAH itu sendiri tak mempunyai
kodrat lagi, RAH sendiri sudah bertukar menjadi kodrat Alam, Natural Force,
yang berupa panas, cahaya, listrik dll. Yang semuanya terkandung dalam benda di
seluruh alam kita.
Ketika semua benda
di alam ini : bumi, matahari, bintang, tumbuhan, hewan dan manusia – mestinya
menurut Undang Ketetapan Jumlahnya Benda, datangnya dari benda juga. Cuma rupanya
benda-asal itu berlainan dari benda-jadi ini. Bagaimana satu bentuk benda
menjelma menjadi bentuk yang lain, berlaku menurut Undang Perpaduan seperti
sudah ditetapkan oleh Dalton. Tegasnya benda-asal mesti ada lebih dahulu, baru
benda yang ada di dunia sekarang bisa pula ada.
Benda asal itu
menurut Kant adalah benda-lebur (molten-mass). Dari benda-lebur itu berjalan
sepanjang Undang Perpaduan dan Perpisahan (Dalton dll). Sesudah juta-jutaan
tahun kita sampai kepada beberapa cenkiemige cellen, yakni beberapa biji-asli
yang bertunas satu. Beberapa biji-asli yang bertunas satu ini sesudah jutaan
tahun pula, berhubung dengan perubahan iklim dsb. sepanjang Undang Pertumbuhan
(Darwin) kita akhirnya sampai ke alam kita sekarang.
Sebagai kebulatan
pemeriksaan kita sampai sekarang kita bisa tetapkan, bahwa penimbulan dunia
benda dan kodratnya itu oleh Rohani atau Firman dalam sekejap mata saja adalah
berlawanan sekali dengan segala undang yang dipakai dalam ilmu pasti. Marilah
sebentar mengendalikan, bahwa Rohani itu terdiri dari Zat. Inipun ada
mengandung perbantahan diri sendiri. Bukankah Rohani itu dianggap suci, tidak
kotor seperti zat. Terkuasa, artinya tidak takluk kepada undang dan sifat yang
mengenai zat, Rohani tak bisa berubah, tumbuh atau susut, sakit atau senang,
hidup atau mati, bersih ataupun kotor. MAHA DEWA RAH, ialah terkuasa,
tersempurna, tersuci, tak bisa dikenal oleh undang yang mengenai zat. Kalau DIA
masih bisa dikenal oleh undang yang mengenai zat, bukanlah ia RAH lagi,
bukanlah ia tekuasa lagi, bukanlah pula DIA maha sempurna dan maha suci lagi !
Belumlah lagi habis
saya tuliskan yang diatas ini, maka menjelmalah di depan saya rohnya para
pemikir Egypte. Mereka dengan kawannya para ahli kegaiban yang ada di sekitar
kita sekarang membantah dengan keras. Dewa RAH menimbulkan zat dengan segala
undang yang dipakai dalam ilmu PASTI sekarang supaya sesudah ditimbulkan itu,
alam bisa bekerja sendiri menurut undangnya sendiri. Buat menyelidiki yang di
belakang ini saya tiada perlu memakai cara membantah dengan mengandaikan
seperti di atas tadi, yang dalam Ilmu Logika dinamai cara reductio ad absurdum.
Menurut cara itu tadi rohani itu sebentar diandaikan zat. Sekarang boleh saya
pakai cara yang lazim dipakai oleh orang desa ialah menghitung dengan memakai
jari.
Kini persoalan
bukanlah lagi mana yang bermula Zat ataukah Roh, melainkan siapa yang terkuasa
Dewa RAH ataukah ALAM? Tiga jawab yang mungkin, dan tiga jari pula yang perlu
dipakai.
1.
Dewa Rah lebih kuasa dari Alam dan Undangnya.
2.
Dewa Rah sama kuasa dengan Alam dan Undang Alam.
3.
Dewa Rah kurang kuasa dari Alam dan Undang Alam.
Balik kita kejari ke
1, yakni pada telunjuk yang mengatakan bahwa Dewa Rah lebih kuasa dari Alam dan
Undangnya!
Menurut Ilmu Bintang
zaman sekarang, maka jutaan Bintang dan Bumi beredar menurut Undang yang pasti,
ialah undangnya Newton. Undang itu diakui syah, dipelajari di sekolah, dan
dipakai oleh Ahli Bintang buat menghitung hal yang berkenaan dengan bumi dan
bintang. Undang Newton tetap diakui syahnya, walaupun Einstein dalam beberapa
perhitungan bisa mendapatkan hasil yang lebih jitu. Kalau undang alam yang
dilukiskan oleh Newton itu jatuh, ataupun satu menit saja berhenti, maka kacau
balaulah jutaan bumi dan bintang tadi. Tetapi selama Ilmu Pasti lahir dan ahli-ilmu-pasti
memperhatikan jalannya Bumi dan Bintang ini, belumlah satu saat juga undang
gerakan bintang itu dapat perkosaan. Belum pernah Maha Dewa RAH – yang mestinya
masih ada menahan matahari naik, atau mencegah matahari turun Pasti Rah tak
akan bisa.
Peralaman
(Experimenten) yang dijalankan dalam Laboratorium pada 5 benua di muka bumi ini
belum pernah memungkiri Undang yang dikenal, dalam Ilmu Kodrat (Mekanika) Ilmu
Alam, Ilmu Pisah dll. Undang alam itu terus jalan dengan tetap pasti, tak
perduli, di waktu mana ataupun tempat mana juga. Dimana saja, bila saja undang
itu dilaksanakan, dia berjalan tetap terang. Seperti pepatah Indonesia: Terang,
bersuluh bulan dan matahari, bergelanggang di mata orang banyak. Pasti pula
Maha Dewa Rah tak akan bisa merubah jalannya undang itu, pasti tak bisa.
Seorang pemikir
nakal pernah berkata: yang kuat di alam ini mengalahkan yang lemah. Undang Alam
ini sudah termasuk ke dalam common sense. "Ini semut’’,katanya pula,
"ini jari saya, lebih kuat dari semut itu’’, katanya terus. "Kalau
ada Kodrat, yang bisa mencegah Alam menjalankan Undangnya, tolonglah semut
ini’’, katanya yang penghabisan. Pada saat itu juga ditekankannya jari pada
semut yang lemah tadi. Semut tadi pasti mati. Quot erat demonstandum.
Demikianlah dibuktikan kebatalannya andaian ke 1 tadi.
2. pada jari tengah
Dewa Rah sama kuasa dengan alam dan undang alam.
Kalau begitu apa
gunanya menyembah Dewa Rah? Dewa Rah tidak diketahui jalannya. DIA adalah satu
kegaiban yang maha besar. Sedangkan alam bukanlah semuanya gaib, sudah banyak
diketahui undangnya, jalannya. Boleh dilihat akibatnya dan disimpulkan segala
buktinya. Ditunjukkan kebenarannya dengan tak pernah mungkir. Boleh dipakai
undangnya itu buah keselamatan dan kesenangan didup. Jadi lebih baik sembah junjung
dan puja alam saja, barang yang nyata itu. Seandainya Maha Dewa RAH tak
menyetujui hal ini, maka dia boleh parani alam dan kalau perlu berjuang,
mengukur kekuatan dengan alam. Karena kekuatan RAH dan Alam itu seperti sudah
kita andaikan tadi sama, maka kita makhluk yang hina ini boleh menjadi penonton
saja. Kita tak perlu takut. Dewa Rah tak akan bisa berhenti memarani kita
penonton. Karena DIA tak bisa lepas dari gelutan, sepak-terjang, terlak serta
kuntauannya alam yang sama-kuat dengan Dewa Rah itu.
3. Pada jari manis :
Dewa Rah kurang kuasa dari alam dan Undangnya.
Seandainya
kemungkinan ini benar, maka kita ingat pada nasibnya Dr. Frankenstein. Dia,
seperti kita tahu, membikin seorang raksasa. Dia menghidupkan kembali dengan
jalan Ilmu Listrik satu mayat. Tetapi otaknya mayat itu, ialah otaknya seorang
bangsat. Raksasa yang dihidupkan ini menjadi musuh mati-matian Dr.
Frankenstein. Sang dokter terpaksa lari bersembunyi saja, tak sanggup menentang
buatannya sendiri. Kasihan pula kita kalau Dewa Rah membikin Alam yang lebih
berkuasa dari pembikin, ialah Rah sendiri, sampai terpaksa lari bersembunyi.
Dr. Frakenstein bisa
mencari tempat bersembunyi. Tetapi kemanakah Dewa Rah akan bersembunyi?
Bukankah semua yang ada ialah alam yang takluk pada undangnya alam? Demikianlah
menurut kemungkinan yang terakhir ini Maha Dewa Rah mestinya takluk pada Alam.
Sebagai bukti, ialah dimana saja dan pada waktu mana saja undangnya alam tak
pernah dan tak bisa dapat bantahan.
Demikianlah kalau
kita pakai pikiran yang jernih, hati berani dan jujur, memikirkan, bahwa zat
berasal pada Rohani, kita mesti tersesat. Kita mesti akui, bahwa hakekat yang
semacam itu bertentangan dengan akal.
Gauthama Budha yang
saya anggap ahli filsafat MISTIKA yang terbesar, semenjak dunia ini diketahui,
ahli filsafat yang lebih besar pengaruhnya dari ahli filsafat Barat, dari Plato
sampai Hegel, lebih besar dari pada pengakuan Barat sendiri. Gauthama Budha
yang sudah mengakui, bahwa Rohaninya sudah bersatu padu dengan Roh Alam, sudah
sampai ke Nirwana jika disesakkan oleh muridnya dengan pertanyaan: apakah Roh
Alam (Rohani) itu sama dengan Jiwa (manusia?), terpaksa menjawab:
"Pertanyaan itu salah’’.
Artinya hal semacam
itu jangan ditanyakan. Artinya Budha sendiri tak bisa menjawab. Tiada pula kita
heran kalau ahli MISTIKA zaman sekarang, yang sebesar kaliber Mahatma Gandhi,
kalau ditanyakan apakah ahimsa itu, maka Sang Mahatma memakai cara menjawab
yang oleh Ahli Logika Yunani dinamai circulo in finiendo, ialah berputar-putar
tak habis-habisnya, seperti menghesta kain sarung.
Seperti Asia di
jaman sekarang, demikianlah Eropa di jaman tengah (tahun 478-1492) tak bisa
bercerai dengan persoalan creation, yakni timbulnya dunia yang tak bisa
dipisahkan pula dengan Deisme, ialah kerohanian. Pada zaman inilah scholastisme
bersimaharajalela.
Tetapi pada masa dan
sesudahnya Revolusi Perancis (1789), maka filsafat itu tiada lagi dimulai dan
diakhiri dengan persoalan timbulnya dunia dan ke-Tuhanan.
No comments:
Post a Comment